Rusak Ekosistem, Anggota DPR Aceh Minta Pemerintah Batalkan Pembangunan PLTA Samarkilang

Krueng Jambo Aye di Bener Meriah. Foto: ist.
Krueng Jambo Aye di Bener Meriah. Foto: ist.

Sulaiman, anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), mengkritik pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Samarkilang berkapasitas 82 MW. Dia menilai pembangunan PLTA Samarkilang tersebut dapat merusak lingkungan.


“Pembangunan itu tidak mengutamakan kepentingan masyarakat. Jadi, lebih baik dibatalkan saja,” kata Sulaiman kepada Kantor Berita RMOLAceh, Senin, 1 Februari 2021.

PLTA itu akan dibangun di Kecamatan Syiah Utama, Bener Meriah. Proyek yang dibangun oleh PT Bener Meriah Electric Power ini akan membelah hutan untuk jalur transmisi yang berada di Aceh Tengah. PLTA Samarkilang tersebut menggunakan aliran sungai Krueng Jambo Aye, yang hilirnya sampai ke kawasan Aceh Utara dan Aceh Timur. 

Luas areal direncanakan mencapai 123 hektare. M Nur mengatakan areal itu mencakup kawasan hutan lindung, hutan produksi, dan area penggunaan lain. Kawasan ini menjadi habitat penting satwa kunci hutan Aceh, seperti badak, gajah, dan harimau. Di kawasan itu juga menjadi habitat beruang madu dan sejumlah jenis satwa terancam punah lain. 

"Kalau memang ada alternatif lain, selain daripada PLTA Samarkilang yang nyata-nyata merusak ekosistem lebih baik itu ditunda dan tidak dilakukan pembangunan," kata Sulaiman.

Sulaiman mengatakan kepentingan masyarakat harus diutamakan ketimbang harus menghadirkan investor yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan setempat. PLTA Samarkilang itu juga tidak akan mempengaruhi pasokan listrik di Aceh. 

Jika dipaksakan, pembangunan PLTA Samarkilang akan menganggu habitat satwa liar dan menunculkan konflik dengan warga di sekitar daerah itu. Dia menyarankan pemerintah melarang perusahaan itu, apalagi masih ada alternatif lain untuk memperoleh listrik.

“Menghindarkan masyarakat dan satwa liar berkonflik adalah hal utama. Dan mencegah potensi bencana akibat kerusakan hutan harusnya jadi prioritas bersama,” kata Sulaiman.

Sulaiman mengatakan banyak alternatif lain untuk penyediaan listrik di Aceh. Salah satunya dengan menghidupkan Geotermal yang ada di Seulawah Agam, Aceh Besar. Sementara di Kabupaten Gayo Lues juga banyak sumber panas bumi yang bisa dieksploitasi untuk kebutuhan listrik.

"Karena ini masih (penyiapan instrumen lingkungan hidup) AMDAL. Masih banyak alternatif lain untuk penyediaan listrik di Aceh, kenapa harus kita pakai Samarkilang," kata Sulaiman.