SBY: Era Keterbukaan Menuntut Presiden Berkata dan Bersikap Jujur

Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: Detak.
Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: Detak.

Bekas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan drama politik yang terjadi di Amerika Serikat bisa dipetik sebagai pelajaran berarti. Drama itu setidaknya mengajarkan bahwa sistem demokrasi tidak sempurna, khususnya dalam tataran implementasi.


Hal ini disampaikan presiden keenam itu menanggapi pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris pada hari ini. Di mana saat proses kemenangan hingga jelang pelantikan selalu terjadi gejolak di AS, khususnya dari pendukung Donald Trump.

“Sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik dan wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian dan oligarki lebih baik,” kata SBY seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, 20 Januari 2021.

Pelajaran kedua yang bisa dipetik, kata SBY, adalah ucapan pemimpin atau presiden harus benar dan jujur di era “post-truth politics”. Jika tidak, maka dampak yang akan diakibatkan sangat besar.

Dalam kasus ini, SBY mencontohkan ucapan Donald Trump yang menyebut telah terjadi kecurangan di dalam pilpres, yang kemudian berbuntut pada kemarahan para pendukungnya. Hal ini memicu penyerbuan massa pendukung Trump ke Capitol Hill dan menjadi preseden buruk bagi negara itu.

Pelajaran selanjutnya, “post-truth politics" atau era politik yang tidak berlandaskan pada fakta, termasuk dalam kebohongan yang sistematis dan berulang, pada akhirnya akan gagal. SBY mengatakan Pemimpin akan kehilangan rasa percaya dari rakyat karena mereka bisa membedakan fakta dan bohong.