SBY Sebut Cara Moeldoko Merebut Kepemimpinan di Partai Demokrat Memalukan

Susilo Bambang Yudhoyono dan Moeldoko. Foto: net.
Susilo Bambang Yudhoyono dan Moeldoko. Foto: net.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dan Bekas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan keadilan, supremasi hukum, dan demokrasi, di negara ini tengah diuji oleh tindakan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menggelar kongres luar biasa dan terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. 


“Bangsa Indonesia juga berkabung berkabung karena akal sehat telah mati,” kata SBY dalam keterangan tertulis, Sabtu, 6 Maret 2021. 

SBY menyebut kongres luar biasa yang digelar di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, yang dirancang Moeldoko dan sejumlah kader yang telah dipecat dari partai sebagai tindakan ilegal. Bahkan SBY menyebut tindakan itu tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pejabat pemerintah yang aktif di lingkaran Istana Negara. 

SBY juga menyayangkan sikap diam Presiden Joko Widodo, suksesornya, meski telah diberitahukan tentang rencana Moeldoko tersebut. Di luar Istana, sejumlah orang menyebut rencana itu sebagai upaya Partai Demokrat mencari sensasi dengan memosisikan diri sebagai korban.

Sebelum peristiwa itu, kata SBY, banyak pula orang yang mengatakan bahwa Moeldoko akan mendapatkan sanksi dari atasannya karena ulahnya itu. Ada juga yang menyebut kongres luar biasa itu pasti akan dibubarkan kepolisian karena negara tidak akan mungkin membiarkan dan membenarkan tindakan rencana itu. 

“Hari ini, sejarah telah mengabadikan apa yang terjadi di negara yang kita cintai ini. Banyak yang tercengang dan tidak percaya bahwa dengan sikap Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam,” kata SBY, "benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini.”

Cara Moeldoko berupaya merebut kepemimpinan di Partai Demokrat, kata SBY, adalah sikap tidak terpuji. Jauh dari sikap ksatria dan tidak bermoral. Sikap Moeldoko itu hanya seharusnya mendatangkan malu bagi prajurit yang pernah menduduki posisi puncak di bidang militer.

SBY bahkan merasa malu dan bersalah karena memberikan Moeldoko amanah memegang sejumlah jabatan penting. "Saya memohon ampun kepada Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa, atas kesalahan saya itu.”