Selamat Jalan, Senior

Wimar Witoelar
Wimar Witoelar

SEBAGAI juru bicara presiden, beliau adalah senior saya. Beliau adalah jubir presiden pertama setelah presiden-presiden sebelumnya tidak ada yang mengangkat seorang Jubir. 

Presiden Soekarno tidak menunjuk seorang Jubir kepresidenan, kecuali untuk urusan ideologi. Yakni  Jubir Usman (Usdek-Manipol) Roeslan Abdulgani. 

Presiden Soeharto pun tidak menunjuk seorang jubir. Fungsi jubir dilakukan oleh menteri-menteri kabinet. Demikian pula dengan Presiden Habibie.

Nanti pada era Presiden Gus Dur ada beberapa jubir yang diangkat. Yang paling senior di antaranya adalah Pak Wimar Witoelar. Dan saya banyak belajar dari beliau dalam menjalankan tugasnya.

He was a true profesional.

Beberapa hal yang saya pelajari dari beliau adalah:

1. Jubir harus menjelaskan pikiran, pandangan, dan kebijakan presiden dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh rakyat kebanyakan.

2. Pers mewakili publik dan jubir harus siap menjelaskan pikiran, pandangan, dan kebijakan presiden kepada pers dalam berbagai situasi. Pers adalah mitra, bukan "musuh" yang harus ditakuti.

3. Tugas Jubir bukan asal "membela" Presiden secara membabi buta, tapi menjelaskan dengan baik berbagai persoalan agar dimengerti, diterima, dan kalau bisa mendapat simpati dan empati.

4. Menjadi Jubir jangan terlalu tegang, take it easy, tetap ramah dan tersenyum, karena wajah Jubir setiap hari muncul di media, dilihat oleh rakyat. Jubir perlu memperlihatkan wajah yang serius, kredibel, tapi optimistis.

| Penulis adalah bekas juru bicara presiden.