Ruhdi, salah satu wali peserta seleksi Politeknik Tranportasi Darat Indonesia atau Sekolah Tinggi Transportasi Darat, keberatan dengan hasil tes yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan Darat. Dia menduga proses seleksi bermasalah dan tidak transparan.
- Kemenag Aceh Pantau Hilal di Enam Lokasi
- Terus Bertambah, Kebakaran Hutan Lindung di Aceh Tengah Capai 25 Hektar
- Tiga Rumah di Aceh Barat Rusak Diterjang Angin Kencang
Baca Juga
“Untuk itu, mohon diperjelaskan secara rinci, dan tranparan. Padahal anak kita rangking satu SKD (Seleksi Kompetensi Dasar). Justru, yang lulus rangking empat dan sembilan, kan aneh,” kata Ruhdi kepada Kantor Berita RMOLAceh, Selasa, 5 Oktober 2021.
Orang tua dari Reny Octavira ini menjelaskan, berdasarkan hasil SKD anaknya mendapatkan peringkat satu dengan nilai 389 dan barada di urutan pertama dari 17 peserta yang mengikuti SKD. Walaupun hasilnya bagus, kata dia, tetap tidak dilewatkan dan harus pulang.
“Saya mempertanyakan kinerja panitia seleksi. Ini jelas kami ragukan,” kata Ruhdi. “Seharusnya mereka mengumumkan semua nilai yang diperoleh peserta. Dari psikologi, kesehatan, jasmani, serta wawancara”.
Demikian, kata Ruhdi, agar orang tua bisa melihat hasil tes anak-anaknya. Menurut dia, semua proses seleksi sangat tertutup. “Patut kami duga ada permainan dalam tes yang dilakukan di Banda Aceh beberapa pekan lalu,” kata Ruhdi.
Ruhdi mengaku sudah melayangkan surat kepada ke Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Ketua DPR Aceh, Kementerian Perhubungan Darat serta Dinas Perhubungan Kabupaten. Hal tersebut, kata dia, ketidak lulusan itu karena panitia seleksi menyaring dengan tidak sehat dan tidak transparan.
“Saya menduga panitia seleksi telah bekerja dengan tidak baik dengan mengambil kelulusan tidak berdasarkan nomor urut. Dan kami meminta pihak terkait untuk meluruskan permasalahan ini,” kata Ruhdi.
- Evita Nursanty Didaulat Menjadi Ketua Umum Keluarga Besar Putra-Putri (KBPP) Polri
- Kenang Tragedi KMP Gurita, Ahli Waris Gelar Tabur Bunga dan Doa Bersama di Atas Kapal
- Pentagon: Rusia Gunakan Drone Buatan Iran untuk Menyerang Ukraina