Setelah Kena Sanksi UE, Batu Bara Rusia Laku Keras di China dan India

Ilustrasi. Foto: Net.
Ilustrasi. Foto: Net.

Ekspor batu bara Rusia tidak mengalami perubahan yang signifikan walau terkena sanksi Uni Eropa (UE). Sejak Juli lalu, Rusia mengalihkan semua batu baranya ke China dan India dengan harga rendah ketika kenaikan harga mencapai rekornya, yang menurut para ahli itu adalah langkah yang cerdas.


Menurut sumber Kantor Berita Politik RMOL, kemarin, pengiriman batu bara Rusia ke UE menjadi 3 juta ton lebih rendah. Penurunan itu sebagian besar disebabkan oleh pengalihan ke Timur, India dan China.

China menjadi importir terbesar batu bara Rusia pada bulan Juli dengan 6,7 ​​juta ton telah dikirim melalui laut.

Sementara India yang menempati posisi kedua, telah mengganti batu bara Australia dengan batu bara Rusia yang lebih murah dengan pengiriman yang sudah mencapai 2 juta ton.

Seorang ahli dari Institut Pengembangan Teknologi untuk Bahan Bakar dan Energi, Kirill Rodionov, mengatakan, reorganisasi ekspor ke Timr ini kemungkinan akan dievaluasi pada akhir September, saat pembatasan ekspor akan sepenuhnya diterapkan.

Ia memandang bahwa reorientasi ekspor ke Timur kemungkinan tidak berjalan mulus mengingat sanksi yang diberlakukan oleh Korea Selatan dan Jepang, di mana keduanya telah mengumumkan rencana untuk meninggalkan batu bara Rusia di bawa sanksi yang ditentukan oleh UE.

Analis dari jasa keuangan Finam, Alexey Kalachev, memiliki pandangan lain. Dia tak menampik bahwa potensi peningkatan impor batu bara dari China dan India jauh lebih besar dibandingkan Jepang dan Korea Selatan.

Reorientasi ekspor, menurut Kalachev, akan bergantung pada kesediaan India untuk meningkatkan pembelian batu bara Rusia dan menyediakan kapal curah untuk transportasinya.