Setia Kawan Panglima Perang 

Muzakir Manaf alias Mualem. Foto: net.
Muzakir Manaf alias Mualem. Foto: net.

DI tengah tekanan yang dihadapi oleh Partai Demokrat, bekas Panglima Gerakan Aceh Merdeka, Muzakir Manaf alias Mualem, menyambangi Agus Harimurti Yudhoyono. Sebagai Ketua Umum Partai Aceh, kedatangan ini tentu memberikan dukungan moril kepada AHY, dan sahabatnya; Teuku Riefky Harsya, yang tengah digoyang dari kursi kepemimpinan yang sah. 

Dukungan dari Mualem ini mungkin tak ada arti bagi orang-orang di lingkaran kekuasaan. Secara ketokohan, Mualem jelas tak memiliki tangan yang panjang untuk menjangkau kursi kekuasaan yang menaungi Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan. 

Namun bagi seorang yang sedang dirundung tekanan, kedatangan Mualem adalah pemberi semangat luar biasa. Ini adalah sebuah langkah yang seharusnya dilakukan pula oleh ketua-ketua partai nasional sebagai bentuk solidaritas. 

Mendatangi AHY dan Partai Demokrat saat ini tentu bukan pilihan yang mudah. Bagi Mualem, risiko yang akan dihadapi adalah semakin mengecilnya kans untuk duduk sebagai Gubernur Aceh. 

Karena dianggap mendukung kelompok yang berseberangan, tentu saja akan ada banyak hal yang bakal mengganjal langkah Mualem. Termasuk dengan menunda pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Aceh 2022 menjadi 2024. 

Hal ini tidak berlebihan jika melihat kecenderungan penguasa saat ini. Mereka melakukan apa saya yang dikehendaki dan mengabaikan dampak yang ditimbulkan dari pilihan-pilihan itu. Apalagi sekadar menunda pelaksanaan pilkada.

Mualem sebenarnya bisa saja dengan mudah melaju sebagai Gubernur Aceh. Dia cukup mendatangi Presiden Joko Widodo, menyampaikan niatnya, dan bersedia berkolaborasi dengan Jokowi. Maka, kesempatan untuk menjadi Gubernur Aceh akan terbuka lebar. 

Namun Mualem memilih jalan yang sulit namun elegan. Menemui AHY dan memberikan dukungan moril adalah sebuah pilihan tepat walau tak mudah. Saat mendatangi AHY, Mualem mengajarkan bahwa ada hal-hal yang lebih penting dari sebuah kekuasaan, yakni sikap kesatria dan welas asih. Tidak semua pemimpin memahami hal ini, bahkan seorang jenderal sekalipun. 

| Penulis adalah wartawan.