Setiap Tahun, Kopi Arabika Gayo Diekspor ke 18 Negera

Turis dari Amerika sedang memetik kopi Arabika Gayo. Foto: net
Turis dari Amerika sedang memetik kopi Arabika Gayo. Foto: net

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh, Mawardi, mengatakan berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, setiap tahunnya Aceh mampu mengekspor kopi Arabika Gayo ke 18 negera. Di asia hingga eropa.


“Antara lain, Korea, China, Jepang, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Amerika, dan Australia, dengan nilai ekspor mencapai 52 juta US dollar,” kata ata Mawardi, saat membahas peluang kerjasama antara Pemerintah Aceh dengan SCOPI – ITFC terkait ekspor kopi arabika Gayo, kemarin.

Mawardi mengakui proses ekspor kopi dari Aceh memang ada pesaing dari negara lain. Seperti, Brazil, Jamaika, Chili, Afrika dan negara lainnya.

Menurut dia, dengan adanya pesaingan itu perlu dilakukan Langkah inovatif melalui sistem pertanian. Sehingga produk kopi Gayo lebih menarik dan unggul di pasar dunia.

Kopi Arabika Gayo, kata Mawardi, salah satu kopi di Indonesia yang telah memiliki hak atas Indikasi Geogfrafis (IG). Manfaatnya, hanya pemilik yang berhak melakukan perdagangan dengan merek Gayo.

Dia menjelaskan pada pasar global, perlindungan IG begitu penting. Dimana masyarakat/petani membutuhkan perlindungan hukum terhadap nama asal produk. Supaya tidak digunakan oleh pihak lain untuk melakukan persaingan curang.

Di samping Indikasi Geografis, kata dia, kehalalan suatu produk juga merupakan hal yang sangat penting. Hal itu diawali dengan proses pemanenan, penjemuran, agar tidak terkontaminasi dengan najis.

“Selanjutnya pada proses sangrai. Jika proses sangrai tidak menggunakan bahan apapun, maka biji kopi dipastikan halal,” kata Mawardi. Dia mengatakan hingga kopi diseduhkan harus dapat dipastikan kehalalannya.

Menurut Mawardi, Sistem Resi Gudang (SRG) juga penting diterapkan. Yakni, Ketika komoditi disimpan dalam gudang memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan tanpa diperlukan adanya jaminan lainnya.

Di Aceh Tengah, kata dia, memiliki lima gudang untuk SRG. Satu milik pemerintah dan empat lagi milik pihak swasta. Keberadaan SRG di masa pandemi ini dan disaat harga kopi jatuh, kata dia, menjadi solusi untuk tetap menjaga kualitas kopi.