Surya Paloh Sebut Politik Identitas Tak Selalu Negatif

Surya Paloh. Foto: net.
Surya Paloh. Foto: net.

Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, menyebutkan politik identitas tak lepas dari dinamika perpolitikan di tanah air. Pun politik identitas tak selalu negatif dalam sejarah.


"Politik identitas sesungguhnya tidak selalu negatif dalam sejarah. Politik identitas lahir dari perjuangan melawan diskriminasi dan ketidakadilan," kata Surya Paloh, seperti diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa, 26 Juli 2022.

Menurut Surya Paloh, ada tiga bentuk politik identitas. Yaitu good, bad, dan ugly. "Dalam sebuah forum nasional di Jakarta, Profesor Yudi Latief menyampaikan bahwa ada tiga bentuk politik identitas, ada yang good, ada yang bad, dan ugly," kata dia.

Politik identitas disebut good ketika identitas dijadikan suatu kekhasan dari suatu kelompok politik. Namun, hal itu tak menjadi batas dalam berbaur dengan kelompok lainnya.

"Politik identitas menjadi good ketika dia menjadi ciri dari sebuah partai politik atau kelompok politik. Namun tidak membuat dirinya eksklusif dan tak mau mengenal yang lain, sebaliknya mereka telah mampu bersikap inklusif," kata Paloh.

Paloh mengatakan, praktik politik identitas yang buruk yakni ketika suatu kelompok bersikap eksklusif dan tak mau mengenal yang lain. Menurutnya, praktik politik identitas yang satu ini bakal merusak. "Politik identitas yang buruk atau yang tidak baik adalah kebalikan dari yang baik tadi. Mereka bersikap eksklusif dan tidak mau mengenal yang lain. Yang menjadi masalah adalah politik identitas yang buruk. Dia bukan hanya buruk tapi juga merusak," ujar Paloh.

Paloh menjelaskan, kerusakan dari praktik politik identitas yang buruk ini yakni terciptanya politik kebencian. Bahkan, praktik politik semacam ini selain tidak mencerdaskan kehidupan bangsa, juga membuat manusia seolah hanya memiliki satu identitas belaka. Kerusakan model ini pada gilirannya akan membawa politik identitas menjadi politik kebencian.

Tak hanya itu, Paloh mengatakan praktik politik identitas yang buruk dalam mengejar kemenangan pemilu pada akhirnya akan mempertaruhkan persatuan bangsa. Berdasarkan argumentasinya itu, Paloh lantas memandang lebih baik tak perlu ada pemilu kalau berujung pada perpecahan bangsa. "Terlalu pendek akal kita, terlalu tinggi nafsu kita, jika untuk memenangkan pemilu, kita harus mempertaruhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi saya pribadi, lebih baik tidak perlu ada pemilu kalau memang konsekuensi pemilu itu berujung pada perpecahan bangsa," kata dia.