Tak Ada Negara Islam Yang Pantas Dibanggakan

Gedung pencakar langit di Arab Saudi. Foto: net.
Gedung pencakar langit di Arab Saudi. Foto: net.

Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Profesor Azyumardi Azra, mengatakan saat ini tidak ada negara wakil peradaban Islam yang bisa dibanggakan. Tak ada satu negarapun yang dianggap sebagai perwakilan bendera kemajuan Islam.


“Banyak sekali orang Islam yang euforia bahwa peradaban Barat-Eropa mengalami kemunduran. Tapi di tengah kemunduran itu, apa ada peradaban Islam, negara muslim yang menunjukkan kemajuan,” kata Azyumardi dalam Webinar Tafsir Islam yang Menyejarah, Senin, 18 Januari 2021.

Azyumardi mengatakan peradaban Islam belum bisa mengambil kesempatan untuk maju di tengah arus kemunduran Barat. Malah, kemajuan tersebut dilakukan oleh Cina. Negara tirai bambu itu saat ini bersaing dengan Barat. 

Kondisi ini, kata Azyumardi, disebabkan ummat Islam tidak memahami sejarah. Pengetahuan sejarah umat muslim hanya tentang glorifikasi kejayaan Islam masa lalu. Kejayaan Islam masa lalu hanya dikenang dari sisi romantisme saja, tak ada satupun yang jadi pelajaran.

“Kaum muslimin tidak pernah mau belajar sejarah, belajar dari sejarah, mengambil pelajaran dari sejarah dan menjadikan sejarah itu sebagai panduan ke masa depan,” kata Azyumardi.

Berkaca dari kejatuhan Andalusia setelah berkuasa 500 tahun, menurut Azyumardi, hal itu terjadi karena konflik politik berkepanjangan. Sehingga memunculkan yang disebut sebagai Mulukuth Thawaif (Kerajaan-kerajaan Kecil).

Termasuk juga yang terjadi di Baghdad. Konflik politik menyebabkan negara itu dengan mudah ditaklukkan oleh Monggol. Saat ini, kondisi yang sama juga terjadi di Timur Tengah. Azyumardhi mengatakan hal itu sebagai kutukan kekayaan alam. Minyak dan gas digunakan yang seharusnya digunakan untuk membangun peradaban malah digunakan untuk menghancurkan peradaban.

Dana-dana besar yang dimiliki oleh negara-negara Timur Tenggah banyak yang digunakan untuk kegiatan non-kemanusiaan. Di sana, kata Azyumardi, uangnya digunakan untuk membangun gedung pencakar langit dan membeli klub sepak bola Eropa.

“Mereka tidak tertarik membikin program-program penyelamatan nyawa ibu ketika melahirkan, karena tingkat kematian ibu di negara muslim masih tinggi sekali,” kata Azyumardi. Azyumardi Azra juga mengungkapkan di Indonesia sejauh ini jarang sekali ada program Sustainable Development Goal’s (SDGs) dengan sokongan dana dari Timur Tengah.