Tak Lagi di KPK, Harun Al Rasyid Ajarkan Anak Mengaji dan Berdagang

Harun Al Rasyid. Foto: net.
Harun Al Rasyid. Foto: net.

Sebuah pesan di media sosial dituliskan Novel Baswedan, bekas penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, tentang Harun Al Rasyid. Novel mengatakan Harun adalah kader Nahdlatul Ulama yang hebat.


"Dulu, di tengah kesibukannya sebagai penyelidik, Harun mengurus pesantren dan membaktikan diri untuk mendidik santrinya," kata Novel, Rabu, 13 Oktober 2021.

Harun senasib Novel. Mereka menjadi bagian dari 57 pegawai KPK yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan. Kegagalan ini berujung pada pemecatan. Sejak 1 Oktober 2021, mereka tak lagi bekerja sebagai pegawai di lembaga itu. 

Harun bukan penyidik cilet-cilet. Semasa bertugas di Gedung Merah Putih, dia merupakan penyelidik utama yang aktif melakukan operasi tangkap tangan (OTT). Saking gigihnya, Harun dijuluki “Raja OTT” oleh rekan-rekannya. 

Sebagai penyelidik, Harun pandai membagi waktu. Di tengah kesibukan menangani perkara, Harun juga menjadi pengurus Wadah Pegawai KPK dan pengurus Masjid Al Ikhlas di kompleks KPK. 

Harun juga aktif menulis buku. Dia menulis buku Fikih Korupsi serta Fikih Persaingan Usaha dan Moralitas Antikorupsi.

Harun lahir dan besar di lingkungan pondok pesantren Nahdlatul Ulama di Madura, Jawa Timur. Penghasilannya sebagai penyidik KPK disisihkan untuk mendirikan pesantren Kiromim Baroroh Maiyyatullah. Pesantren ini berada di kawasan Tanah Sareal, Bogor, Jawa Barat. 

Setelah tak lagi bertugas di KPK, Harun memiliki waktu lebih banyak untuk membimbing anak-anak di kawasan itu. Selain mengajar ngaji, doktor di bidang hukum ini juga berdagang. Menggunakan sepeda motor, Harun mendistribusikan sejumlah barang untuk diecer di warung-warung.

Sumber: inilah