Tanah Bergeser, 18 Warga Aceh Besar Tinggal di Tenda Pengungsian

Warga melintasi jalan yang retak akibat tanah bergeser. Foto: Fakhrurrazi.
Warga melintasi jalan yang retak akibat tanah bergeser. Foto: Fakhrurrazi.

Warga korban tanah bergerak di desa Lamkleeng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, merasa resah dengan kondisi tanah di daerah yang mereka diami. Tanah di bawah bangunan rumah mereka masih aktif dan bergerak.


"Tadi malamkan hujan deras dan angin kencang. Kami takut tanahnya longsor. Makanya kami mengungsi di sini (tenda)," kata Darniati, salah satu warga kepada Kantor Berita RMOL Aceh, Senin, 18 Januari 2021.

Darniati mengatakan tanah yang amblas di sekitar tempat tinggalnya mencapai kedalaman dua meter. Dia dan 17 kepala keluarga lain terpaksa meninggalkan rumah dan mendirikan tenda yang didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar.

Darniati mengatakan awalnya retakan tanah itu hanya segaris. Namun semakin lama retakan itu semakin dalam. Darniati khawatir terjadi longsor. Apalagi rumahnya dekat dengan sungai. 

Darniati bersama sejumlah korban tanah bergerak yang lain sejak tadi malam sudah tidur di tenda pengungsian. Mereka tidak berani kembali ke rumah lantaran cuaca hujan dan angin kencang sejak kemarin sore.

Menurut Darniati, tidak pernah ada fenomena tanah bergeser di daerah mereka. Dia meyakini longsor ini terjadi bukan kerena curah hujan yang tinggi.

Saat ini, sebut Darniati, ia bersama pengungsi lainnya membutuhkan selimut, kasur, serta alat memasak dan alat dapur. "Mudah-mudahan ada bantuan selimut, kasur, sembako. Karena tenda kami juga masih kosong," kata Darniati.

Warga lain, Rahmiati, meminta pemerintah kabupaten menyediakan lahan untuk memindahkan areal pemakaman di kampung mereka. Lokasi yang ada tidak memungkinkan lagi untuk dijadikan kuburan. 

BPBD Aceh Besar mengimbau warga yang berdomisili di kawasan bencana tanah bergerak tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengungsi ke lokasi yang lebih aman guna menghindari korban jiwa.