Terkait Temuan Makanan Pasien Tak Higenis, Ini Tanggapan RSJ Aceh

Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan RSJ Aceh Aceh, Sarifah Yessi Hediyati. Foto: Razi/RMOLAceh.
Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan RSJ Aceh Aceh, Sarifah Yessi Hediyati. Foto: Razi/RMOLAceh.

Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, Syarifah Yessi Hediyati, menanggapi temuan Komisi V DPR Aceh terkait makanan tak higenis untuk pasien rawat inap di rumah sakit setempat.


Menurut Yessi, temuan itu akan menjadi bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit untuk memperbaiki pelayanan dan asupan gizi terhadap pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit milik Pemerintah Aceh itu.

"Untuk pihak rumah sakit sendiripun jadi evaluasi, lalu kita coba memperbaiki, tadi temuannya adalah masalah eksternal, tapi internal juga kita evaluasi menyangkut tadi gizi," kata Yessi kepada Kantor Berita RMOLAceh, Sabtu, 12 November 2022.

Yessi mengatakan, pengawasan yang dilakukan pihak Komisi V DPR Aceh ke rumah sakit pelat merah itu membuat pihaknya akan terus memacu perbaikan pelayanan dalam penanganan pasien gangguan jiwa.

Dia menjelaskan, temuan itu juga telah dilaporkan kepada Direktur RS Jiwa Aceh. Dia mengatakan, selama ini pemberian gizi atau makanan kepada pasien yang dilakukan oleh rekanan atau pihak ketiga.

"Bagi kami rumah sakit jiwa itu kami senang ada evaluasi-evaluasi seperti ini untuk perbaikan kita kedepannya, apakah di internal rumah sakit maupun yang diluar," kata dia.

Menurutnya, tidak ada konfirmasi soal perubahan menu makanan yang diberikan untuk pasien disana. Misalnya, pemberian buah seharusnya jeruk namun diganti dengan buah pisang. Hal yang sama juga disampaikan kepala instalasi, bahwa kemungkinan buah jeruk yang bagus itu tidak ada, sehingga diganti dengan buah pisang.

"Nanti ini jadi evaluasi menu-menu itu juga harus diawasi," jelas Yessi.

Selain itu, lanjut Yessi, meski pelayanan rumah sakit mendapat pujian dari DPR Aceh, akan tetapi menurutnya rumah sakit jiwa dengan karakter pasien yang beda maka pembinaannya juga berbeda dengan rumah sakit umum atau rumah sakit penyakit fisik.

Dia menambahkan, pembinaan yang dimaksud adalah setelah pasien kembali ke masyarakat. Dimana RSJ harus saling koordinasi lebih intens dengan dinas-dinas lain untuk pemberdayaan mereka paska dirawat.

Selama ini, tambah dia, masyarakat masih melabelkan stigma kepada pasien RSJ dan belum menerimanya di masyarakat lantaran pasien jiwa yang baru sembuh.

"Supaya pasien ini diberdayakan, maka tadi bapak-bapak dewan akan mencoba memediasi bagaimana setelah pulang pasien dari rumah sakit jiwa bisa berdaya," kata Yessi.

Sebelumnya diberitakan, Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menemukan catering atau makanan untuk pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh tidak memenuhi rekomendasi dokter alias tidak higenis. 

Temuan ini didapat saat komisi yang membidangi soal kesehatan itu melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke rumah sakit jiwa milik Pemerintah Aceh pada Sabtu, 12 November 2022.

"Kita melihat tadi ada beberapa makanan yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter. Jadi selain asupan ini juga ada unsur untuk penyembuhan atau obat, sehingga dapat temuan kita tadi hegenisnya tidak ada," kata Ketua Komisi V DPR Aceh, M Rizal Falevi Kirani.

Falevi menjelaskan, penyediaan makanan merupakan kerjasama dengan pihak ketiga atau pemenang tender. Menurutnya, pihak ketiga yang mengurus soal makanan pasien itu tidak profesional, sehingga makanan tersebut tidak memenuhi standar.

Falevi menyebutkan, legislatif meminta Pemerintah Aceh harus serius dalam menjaring pemenang tender yang betul-betul memenuhi syarat dan kualifikasi yang jelas, sehingga makanan yang berikan layak dikonsumsi.

"Seperti hegenis, kemudian dapurnya juga harus mendukung, pembawa makanannya juga tadi sangat apek. Ini salah satu fokus kita, karena jangan pula kita kasih makanan kepada orang gila, makanan juga ikut gila," kata dia.

Dia mengatakan, Komisi V banyak mendapatkan laporan dari masyarakat terkait makanan yang tidak higenis untuk pasien RSJ. Padahal, pihaknya telah berulang kali mengingatkan terkait pemberian makanan ini. Sehingga, pihaknya meminta cathering rumah sakit jiwa harus dievaluasi.

Selain itu, Komisi V juga menemukan sejumlah persoalan, diantaranya gedung rumah sakit yang tidak layak pakai lagi. Sehingga Komisi V akan mengusulkan dalam rapat Banggar untuk mengalokasikan anggaran rehab rumah sakit jiwa.

Terkait program pasca pasien sembuh, DPR Aceh sedang melakukan koordinasi dengan Bappeda yang merupakan leading sektor integrasi progam. Pihaknya juga akan memanggil Dinsos, Dinkes, Disnakermobduk, Baitul Mal, Biro Isra Setda Aceh hingga pihak RSJ Aceh 

Sehingga begitu pasien lepas dari rumah sakit jiwa, Dinsos dan Disnakermobduk Aceh menampung mereka, apakah dilatih keterampilan. Kemudian modal usahanya diberika oleh Dinsos atau berkolaborasi dengan dinas-dinas teknis lainnya. 

"Saat kembali ke rumah, pasien ini tidak menjadi minder di dalam masyarakat. inilah yang menjadi konsentrasi kami di komisi, sehingga programnya itu betul-betul terintegrasi dan terimplementasi," ujar Falevi.