Wanita Muslim Bercadar Hadapi Diskriminasi di Jerman, Belanda, Spanyol

Ilustrasi. Foto: net.
Ilustrasi. Foto: net.

Peneliti dari Universitas Utrecht di Belanda, Universitas Oxford di Inggris, dan Pusat Penelitian Integrasi dan Migrasi di Jerman melakukan survei terhadap wanit bercadar. Berdasarkan hasil survei, wanita muslim bercadar di Jerman, Belanda, dan Spanyol, menghadapi lebih banyak diskriminasi daripada yang lain ketika melamar pekerjaan.


H asil survei tersebut diterbitkan dalam sebuah artikel yang ditayangkan oleh Oxford Academic dengan judul “Mengungkap Diskriminasi: Eksperimen Lapangan tentang Hambatan yang Dihadapi Wanita Muslim di Jerman, Belanda, dan Spanyol.”

Survei dilakukan dengan menilik CV (curriculum vitae) masing-masing pelamar. Kemudian melihat bagaimana tanggapan perusahaan atau majikan saat menemukan foto pelamar yang menggunakan hijab maupun yang tidak.

Eksperimen ini menggunakan “penyelarasan lintas negara” bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana tanggapan yang diterima orang-orang ini dari perusahaan yang berbeda.

Hasil di Belanda membuktikan bahwa 35 persen wanita berjilbab mendapat tanggapan dari majikan sementara angka ini naik menjadi 70 persen di antara mereka yang tidak memakainya.

Di Jerman, hasil menunjukkan bahwa 25 persen dari kandidat bercadar menerima tanggapan.

“Muslim dianggap oleh masyarakat luas sebagai kelompok yang sulit untuk diintegrasikan, terutama karena sikap peran gender konservatif dan tingkat religiusitas yang tinggi, yang tampaknya bertentangan dengan nilai-nilai Eropa dan gaya hidup sekuler masyarakat Barat,” ujar para peneliti dalam artikel tersebut.

Hasil ini mengungkapkan bukti kuat bahwa wanita Muslim bercadar didiskriminasi di Jerman dan Belanda, tetapi hanya ketika mereka melamar pekerjaan, terutama pekerjaan yang berkaitan dengan kontak langsung dengan pelanggan.

“Namun, di Spanyol, tingkat diskriminasi terhadap perempuan Muslim bercadar jauh lebih kecil daripada di dua negara lainnya,” kata para peneliti, seperti diberitakan Kantor Berita RMOL Aceh, Rabu, 27 Juli 2022.

Untuk memberikan data statistik, penelitian tersebut menggarisbawahi bahwa 48,5 persen wanita Muslim bercadar menerima tanggapan dari majikan di pasar tenaga kerja Belanda sementara jumlah ini menurun menjadi 34,5 persen di antara wanita Muslim bercadar.

Di Jerman, meskipun pemberi kerja menanggapi lamaran pekerjaan dari separuh wanita Muslim yang tidak berjilbab, mereka tidak memberikan tanggapan apa pun kepada 75 persen wanita Muslim berjilbab.

Ada alasan mengapa para pelamar kerja di Inggris dan Norwegia tidak memasang foto mereka di CV saat melamar pekerjaan, mengingat masalah “diskriminasi tingkat tinggi” terhadap Muslim.