Yang Penting Allah Tak Marah

Ilustrasi: Deviantart
Ilustrasi: Deviantart

IBRAHIM as tak pernah berpikir dia akan mendapati seekor kambing saat menyembelih Ismail as, putranya. Ismail pun tak tidak berpikir bahwa dirinya akan digantikan dengan seekor kambing dari surga saat mengiyakan perintah Allah yang disampaikan kepada bapaknya.

Namun keduanya adalah sosok yang bertakwa. Mereka percaya bahwa hidup dan mati itu adalah urusan Allah. “Inna salati, wa nusuki, wamahyaya, wamamati, lillahi rabbil alamin.”

Ibrahim dan Ismail melaksanakan perintah itu sebagai bentuk kepasrahan. Tak ada zat yang pantas dituruti perintah dan larangannya kecuali Allah. Keduanya berjalan dari sisi berbeda untuk bertemu dalam sebuah keseimbangan hidup yang sepenuhnya menjadi rahasia Allah.

Di tengah pandemi ini, bertakwa, bertawakkal, berpasrah diri, hanya kepada Allah hanya salah satu ikhtiar. Mudah-mudahan Allah melindungi kita.

Namun ini tak berarti bahwa setelah kita bertawakkal, bertakwa dan berpasrah sudah pasti dilindungi Allah. Jika itu yang ada dalam pikiran kita, maka kita telah salah alamat.

Bahwa kita diberikan kesehatan hingga saat ini, dapat melaksanakan salat Idul Adha, dapat menikmati daging kurban, dapat berkumpul dengan kerabat, adalah tidak karena takwa dan tawakkal. 

Penyakit, kesehatan, nyawa atau sebut saja apa yang ada di muka bumi ini, tak akan terjadi tanpa izin Allah. Urusan tidak tertular virus atau tertular, itu semata-mata otoritas Allah.

Takwa dan tawakkal kita tidak berkolerasi dengan kesehatan dan keselamatan. Sama sekali tidak. Karena yang menyelamatkan kita hingga saat ini hanyalah kasih sayang Allah; rahmat-Nya.

Karena itu, tunduk dan berserahdirilah kepada Allah hanya untuk satu harapan: agar Allah senantiasa merahmati hidup kita. Jangan terlalu risau dengan apa yang akan dan tidak akan terjadi kepada diri kita. Yang penting Allah tak marah kepada kita, mungkin itu saja sudah cukup.

| Penulis adalah wartawan.