Zahara Fona dan Heriyanti, Dua Perempuan dari Aceh yang Hebohkan Indonesia

Ilustrasi
Ilustrasi

Cut Zahara Fona. 50 tahun yang lalu, tepatnya pada 1970-an. Nama Cut Zahara Fona sangat terkenal di Indonesia. Bahkan Perdana Menteri Malaysia terhanyut dan takjub kepada Cut Zahara Fona, Perempuan tak tamat SD asal Aceh itu. 

Bagaimana tidak, Cut Zahara mengabarkan janin yang dikandungnya bisa berbicara, bahkan bisa mengaji. Ketua MUI waktu itu, Ulama terkemuka, Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan Buya Hamka ikut mengamininya, walaupun beliau agak sedikit ragu. 

Pejabat negara setingkat Wakil Presiden, Adam Malik, saja sampai mengundangnya ke Istana Merdeka. Konon katanya Adam Malik sampai menempelkan telinganya ke perut Cut Zahara Fona. Janin nya pun berbicara, Adam Malik pun kagum. 

Perlahan kejadian itu tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Sehingga memantik kecurigaan seorang Kapolda di wilayah Timur Indonesia. Melalui anggotannya yang Polisi Wanita (Polwan), mereka berhasil menarik kain di perut Cut Zahara dan menemukan Tape Recorder

. Memang pada saat itu merupakan sesuatu yang langka di Indonesia. 

Pun baru-baru ini, seseorang yang katanya pernah tinggal dan hidup di Aceh tepatnya di Kota Langsa bernama Akidi Tio, melalui anaknya Heriyanti membuat heboh. Melalui anaknya itu, mendiang Ayahnya ingin membantu masyarakat di saat kesusahan. Tak tanggung-tanggung. Nilainya Rp 2 triliun. Sebuah angka yang mencengangkan, siapapun.

Melalui dua orang profesor doktor, dan yang satunya pejabat negara, dana Rp 2 triliun itu akan disalurkan. 

Tapi hari ini, ceritanya jadi lain, bantuan yang dijanjikan pun tak kunjung ada. Heriyanti anaknya Akidi Tio, dikabarkan sudah diamankan oleh pihak yang berwajib dan akan dikenakan pasal penghinaan terhadap negara. 

Kita terlanjur hampir percaya, karena memang kondisi sedang susah. Mungkin saja ada secercah harapan dari bantuan Rp 2 triliun itu. Walaupun kita belum tau bagaimana skema bantuannya. Kita tambah yakin, ketika awalnya bantuan itu akan diserahkan pada pimpinan sebuah lembaga yang menangani penegakan hukum di Indonesia. 

Sudah dua orang dari Aceh yang membuat tragedi konyol di Negeri ini. Dua-duanya wanita. Namun ditengah pandemi, zaman susah begini, kita tertawa saja, jadikan lelucon ini sebagai cerita dongeng penambah imun.

| Penulis adalah pemerhati sosial